Tampilkan postingan dengan label Articles. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Articles. Tampilkan semua postingan




MOVE ON!
Move On... Move On...
Kata yang sangat mendunia.

Kira-kira kalau ada kata "MOVE ON" yang terpikir di benak kalian apa sih?
Putus cinta dan berniat melanjutkan? (Hmm, it might be it)

Tapi sepertinya di sini saya memiliki arti lain. ehehe...
Berhubung otak saya itu otak abstrak, jadi jangan heran kalau sedikit... mulek alias berbelit-belit. Maklum, blogger pemula. Isinya apaan... paling juga cuma... ya begitulah. #Plak (niat ngeblog nggak sih -_-)

Move on for me is something that isn't just moving from one place to another place. Intinya, move on itu bukan sekedar beranjak atau keluar dari satu permasalahan tetapi justru menyelesaikan permasalahan itu sendiri. Intinya problem solving begitu deh (apaseh).

Soalnya... (ini menurutku)
Pernahkah kalian berpikir kalau move on dalam artian 'terus melangkah' itu seolah seseorang tengah lari atau pergi dari satu permasalahan. Rasanya itu tidak benar. Of course! Well, ingatlah kata-kata ini...

"Semakin seseorang melarikan diri dari suatu permasalahan tanpa mencoba menyelesaikannya, maka permasalahan itu akan semakin membayanginya."

Percaya tidak? Nggak juga nggak apa-apa, saya juga nggak nyuruh #Plak

But! Yang namanya move on itu jangan setengah-setengah. So, jika dirimu memang sungguh-sungguh ingin MOVE ON, Maka... Let's Move! Jangan sekedar mengatakan "Aku akan Move On!". Ibarat masakan, kalau bumbunya saja sudah salah maka masakan tidak akan enak.
Apa Move On memerlukan bumbu? (weitzz... bukan bawang, cabai merah, dan sebagainya loh ya... Kalau yang itu buat masak beneran)
Ya! Tentu saja!!! Bumbunya simple saja! :D

1. Niat
- Everything must start with this! Tahu kenapa? Karena niat itu berasal dari hati. sekali lagi... HATI. Ya, Hati. Niat dulu... pelan-pelan itu tidak masalah. Asalkan terlaksana. Seperti pepatah jawa yang sering mengatakan :
"alon-alon jangger kelakon" >>> "pelan-pelan asal terlaksana".
"Terburu-buru" itu sifat setan loh... emang mau disamain sama setan? Setan itu makhluk yang tidak disukai Tuhan loh...


2. Tabahkan diri
- Jadi, harus bersabar. Kontrol emosi perlu dijaga. Kalau nggak, bisa-bisa baru saja diniati tiba-tiba gagal hanya karena teringat masa lalu. Kalau begitu caranya, kapan mau move on?
Tenang saja, guys...! Lagipula, Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan makhluknya, kok. Insyaallah! :)
Anyway, 1 tips biar selalu tabah ketika mau move on.
--- Ingatlah tujuan kenapa kamu ingin move on. Beri alasan pada dirimu sendiri kenapa kamu harus bahkan wajib melakukannya. Dan tentu saja... selalu ingat untuk berdoa kepada Tuhan YME agar diberi kelapangan. Tuhan itu sebaik-baik tempat bercurhat. Dia selalu melihat, mendengar, mengawasi, dan menjaga kita. Jangan sampai lupa kehadiran-Nya! Oke?"


3. Susuri Langkah, Step by Step!
- Kalau sudah ada keyakinan dan kemantapan hati, maka tinggal usahanya. Yah, kurang tahu sih usahanya yang bagaimana (beda persoalan kan beda pemecahan. beda pemecahan berarti beda usaha lah so pasti). But, intinya... Berusahalah semaksimal mungkin. Step by step. Tidak perlu langsung ke level tinggi, tidak!!! wah... jangan. Nanti kalau kalah malah balik ke zero alias 0 lagi. Mendingan step by step sambil refleksi diri. Sehingga tidak akan terlibat di dalam permasalahan yang sama. Kalaupun terlibat ya so pasti sudah bisa dengan mudah mencari jalan keluar sendiri.

"Hidup itu anugerah yang menakjubkan. Jangan dibuat susah, jalani saja sesuai irama. Slow saja... (nggak perlu ngehit, ngebas, ngerock dan sebagainya) Jalani apa adanya. Life is Amazing! Life is Miracle!"

-------------
Itu dia bumbu-bumbu move on. Yang di atas itu insyaallah bumbu pokok. Kalau ingin ditambah lagi ya monggo... Sesuka hati saja. hehe #emang masakan apa ?! #plak

Kembali ke awal...
Singkat kata, Move On = Menghadapi permasalahan yang ada sebelum akhirnya beranjak menuju tujuan lain dan bukan malah beranjak dari suatu permasalahan hanya karena 'merasa tidak sanggup atau tidak perlu diselesaikan'.

Jadi intinya Move On = Face The Problem.
Nah, untuk lanjutnya cek postingan saya yang satu ini (Problem? Face it!) dan untuk refleksi diri (mungkin), mungkin ini juga bisa membantu (Menjadi Dewasa)

(ceritanya promosi nih?)
Bukan, bukan begitu... (sedikit sih)
Cuma daripada nulis lagi #plak.

Well, that's it! :)
Hope it can help you!
I'm sorry if it's not helping :(
And please do leave a comment... ^^
Setidaknya biar bisa meng... meng... apa ya istilahnya....
Ah, tahu dah! intinya memperbaiki dan membuat blog ini semakin bagus.

Everyone need to get a move on! Termasuk saya... *teehehee :)




"Menjadi konsumen cerdas". Tentu saja hal ini sudah sering dijelaskan di berbagai media masa seperti di TV, koran, majalah, blog, bahkan fanpage tertentu sudah banyak mewartakan.

TAPI...

Kenapa hal semacam ini justru lebih sering diabaikan? Apakah hal ini dianggap begitu sepele hingga dinilai “tidak penting”? Anda, salah besar jika menganggapnya demikian.

Menjadi konsumen cerdas tentulah tidak ada ruginya, malahan kita cenderung diuntungkan. (Jika Anda benar merasa dirugikan, coba Anda sebutkan saja apa kerugiannya kemudian bandingkan dengan keuntungan yang mungkin Anda peroleh.) Selain itu, konsumen selalu terikat suatu perjanjian jual-beli dengan pedagang. Ingat pesan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan “Penjual dan pembeli. Dalam hal ini konsumen mempunyai ikatan hubungan yang erat dalam proses jual beli.”

Secara tekhnis…

Patut diakui menjadi konsumen itu memang hal yang mudah, dan cenderung menyenangkan. Lebih-lebih di era dimana setiap konsumen mendapat jaminan atas haknya. Namun, sebagai konsumen yang baik tentu kita tidak boleh hanya memikirkan hak kita saja, kewajiban juga harus dikerjakan. Anda tentu ingat dengan pelajaran SD (PPKN yang saya kira telah berubah namanya menjadi PKn) yang menjelaskan “Kewajiban wajib dilaksanakan sebelum meminta hak”.

Hmm… sekarang izinkan saya bertanya satu hal. Patutkah kita sebagai warga Negara (yang mengaku taat hukum) lebih menjalankan hak dibanding kewajiban kita? Saya tidak akan menjawab “Ya” karena terus terang saya tidak berhak mengatakannya karena mungkin saya termasuk pada golongan yang kurang mempedulikan kewajiban sendiri. Jadi, tak perlu mengacungkan jari pada seseorang, tapi marilah kita mengintrospeksi diri. Apakah kita sudah benar? Apakah kita berhak menjatuhi kesalahan sedangkan diri sendiri belum tentu benar?

Terlepas dari topik di atas, sejujurnya menjadi konsumen cerdas itu tidaklah sulit. Hal ini bisa dengan mudah kita aplikasikan di kehidupan. Berikut uraian yang mungkin bisa membantu Anda untuk menjadi konsumen yang cerdas.
  1. Teliti produk sebelum membeli
      Tidak ada salahnya meneliti sebelum membeli. Justru kita dapat memastikan apakah produk itu benar-benar layak dibeli atau tidak


  1. Perhatikan label yang tertera
      Sebuah label biasanya memberi detail informasi tentang produk yang ingin dibeli. Bacalah label tersebut dan pastikan tidak ada keganjilan dalam produk. 


  1. Cek kartu manual garansi
      Cek kartu garansi baik-baik sebelum membeli produk tersebut. Pahami manual-manualnya, dan yang terpenting perhatikan masa berlaku garansi. Di bagian ini konsumen sering tertipu dengan mengira masa garansi masih berlaku.


  1. Perhatikan tanggal kadaluwarsa
      Biasakan untuk selalu melihat tanggal kadaluwarsa sebelum membeli, karena produk yang berjangka lebih dari tanggal kadaluwarsa tentu saja tidak dapat dikonsumsi lagi dan dapat meracuni kesehatan.


  1. Gunakan standard K3L
      Bagi yang belum mengetahui K3L itu apa, ini dia penjelasannya :
      - Keselamatan = aman digunakan dan memiliki standard SNI. 
      - Kesehatan = tidak mengandung racun atau berbahaya bagi kesehatan
      - Keselamatan Lingkungan = produk harus ramah lingkungan

SEJAK tahun lalu, pemerintah telah menetapkan tanggal 20 April sebagai Hari Konsumen Nasional (HKN) berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 13 Tahun 2012. Momentum HKN tersebut, sejatinya menjadi menjadi spirit bagi semua pihak untuk mengampanyekan “Konsumen Cerdas Paham Perlindungan Konsumen”.

Beberapa aturan perundang-undangan yang menjadi payung hukum bagi perlindungan konsumen dan mewajibkan ‘konsumen cerdas’ antara lain: Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat, Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa, dan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.



Baik, mungkin hanya itu yang bisa sampaikan kali ini. Sebagai sesame konsumen, hendaklah kita menjadi konsumen cerdas. Cerdas bagi diri sendiri, keluarga, dan tentu saja masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah sudah bersusah payah membuat berbagai kebijakan tentang perlindungan hak konsumen dan lainnya. Secara tekhnis, kita sebagai konsumen sudah mendapat hak kita. Namun, mari! Mari kita menjalankan kewajiban kita yakni menjadi konsumen yang cerdas. Lagipula, seperti yang kita tahu kebijakan takkan berarti apa-apa tanpa adanya kesanggupan dari dalam diri masyarakat untuk menjalankannya.

Don’t just say it, but do it! :) 

Sumber yang terkait :
http://ditjenspk.kemendag.go.id/
http://hkn2013.com/materi/materi-foto/
http://hkn2013.com/materi/materi-teks-1/












Orang dewasa ya... Mungkin definisi dewasa di menurutku dan menurutmu berbeda. well, of course! :)

Tapi... tahu tidak kenapa seseorang terkadang dituntut untuk jadi dewasa?
Sebenarnya ini bukan soal umur. Terkadang orang menjadi dewasa itu bukan karena umur, percaya tidak?
Umur mungkin jadi tolak ukur pandangan seseorang, tapi bukan berarti itu jadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Hey, hey, umur itu memang bisa menipu.

Menjadi orang dewasa berarti menjadi orang yang bijaksana. Itu menurutku.
But, menjadi orang bijaksana bukan berarti harus dan wajib menjadi orang bijak. humm, tidak juga. Yang terpenting adalah, bisa membatasi diri. Supaya tidak sombong, dan bla-bla-bla yang seperti itulah ceritanya.

Menjadi orang bijaksana berarti menjadi seseorang yang bisa memutuskan, dapat memilih yang terbaik, orang yang bisa mengawasi, orang yang mengerti kalau dia memang bersalah dan mau mencoba untuk memperbaiki, dan yah... yang intinya seperti itu.

Orang bijaksana bukan berarti orang yang tanpa salah. Ow, jangan salah paham. Selama dia itu masih manusia, so pasti dan tidak salah lagi pasti masih bisa melakukan kesalahan. Namanya juga manusia. Mereka tidak sempurna, hanya saja lebih baik / lebih sempurna dari ciptaan Tuhan yang lain karena Tuhan sengaja memberi manusia sesuatu yang tidak dimiliki makhluk lain. Ah, agak berbelit-belit? I'm sorry~ (Dan itu sudah tergolong menjadi setidaknya 1 kesalahan. Lihat? manusia memang tidak luput dari kesalahan)

Hmm...
Sepertinya aku tahu apa yang ada di pikiran kalian.
Kalian berpikir, "Orang ini Sok Bijaksana", "Sok menggurui". dan sebagainya.
Apa aku benar?
Padahal itu hanya tebakan asal.

Well semuanya... saya tidak bermaksud melakukan sesuatu yang mungkin bertentangan dengan umur saya (?). Tapi saya berbagi sesuatu yang ada di pikiran saya. Sederhananya, ini salah satu dari opini.
Sehingga bukannya bermaksud untuk menggurui. Sebaliknya, mari kita abelajar bersama-sama. Bersama-sama menjadi orang yang lebih baik.

Lagipula....
Aku tidak mungkin membiarkan blog ini kosong, am I correct?

There, that's it! :)
Hope it can help you.

Terkadang hidup itu menyebalkan, memuakkan, menjengkelkan, dan seterusnya. Ya, aku tahu.
Sungguh, aku tahu!
Kau tak percaya kalau aku tahu?
Yang benar?

Kau ingin tahu bagaimana atau darimana aku tahu?
Jawabannya mudah sekali. Karena aku juga hidup.
Of course! Of course I'm alive! Setidaknya sampai Tuhan berkehendak lain

Tapi... what do you know?
Pahit getir kehidupan itu sebuah kewajaran.

Siapa sih yang tidak mengalami sulitnya kehidupan?
Semua mengalaminya. Tentu saja! Seseorang yang sama sekali tidak merasakan kegetiran hidup, tidakkah itu sedikit mencengangkan?

Manusia hidup bersama masalah... Banyak masalah!
Tapi... guess what?
Masalah itu ada untuk kita pecahkan. Bukan untuk dihindari dan semacamnya.

Untuk seseorang yang sering lari dari masalah (dan mungkin aku juga)
"TRY!" Try to not run away. Not Anymore!
Melarikan diri bukanlah sebuah jawaban, melainkan sebuah keringanan sesaat. Tapi apa? Selanjutnya apa? Berdiam diri menyesali nasib? Oh, itu konyol sekali. Jika begitu caranya, maka kau takkan pernah menemukan jalan keluar.

"When will you MOVE ON, if you keep running away from YOUR PROBLEM?"
Guys, let's face our problem. So do I. Melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalah. In fact, itu akan memberimu lebih banyak masalah. Tapi akan jadi sangat ironis bila kau dihadapkan pada masalah yang sama namun tidak bisa menyelesaikannya. Tidakkah itu jadi bukti bahwa melarikan diri tidak akan memberimu pemecahan / solusi dari sebuah masalah?

So, guys... LET'S STOP IT! Let's stop to run, and try to moving on.
Lagipula, masalah itu ada untuk mengukur seberapa jauh kemampuan kita untuk menyelesaikannya. And, GOD will never give a test exceed our limits. Ya, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas makhluknya.

So, FOR NOW ON... Let's see, will you be able to face your own problems?
If you do, how do you feel? Happy? Glad?
Apapun itu, pastilah sesuatu yang melegakan bukan? karena kau MAMPU mengatasi masalahmu. Itu sesuatu yang pantas diacungi jempol, kau tahu itu?

Semua orang memiliki keberanian untuk mengatasi masalah, hanya saja keberanian itu terkadang tertimbun begitu dalam sehingga perlu motivasi untuk memunculkannya kembali. DON'T GIVE UP!!!
KEEP FIGHTING!!! DON'T BE SCARED!!! Alright? *smiles*

I'm here, trying to do the same thing...
Karena bukan kalian saja yang butuh berjuang. Aku pun juga demikian *teeheee.

Hope it can help you... *smiles*
Oh ya!
Dan apabila kau memiliki masalah yang sulit kau pecahkan sendiri, pastikan kau konsultasi / meminta bantuan pada teman, orangtua, atau orang terdekatmu. Ingat, manusia adalah makhluk sosial dan ABSOLUTELY NOT PERFECT. Jadi, konsultasilah... Insyaallah itu bisa memudahkanmu.

Dan, selain itu...
Bukankah itu gunanya pertemanan? Selalu membantu satu sama lain, dan saling mengisi baik dalam suka maupun duka.

Baik, itu saja!!!
Feel free to leave comment! Itu sih kalau kalian tidak keberatan untuk meninggalkan sedikit jejak bahwa kalian pernah di sini. *teehheee...

Sudahlah, sepertinya aku sudah terlalu banyak bicara. *oops* maksudku mengetik.
Sampai Jumpa~
"Kekecewaan"
Aku tak berpikir ada orang yang mengharapkan itu. Jujur saja, aku pun demikian. Dan aku pun percaya bahwa seluruh manusia di dunia ini pasti tidak ingin dikecewakan. Soal ia terlalu sering dikecewakan atau sudah biasa dikecewakan... Hmph, maaf, tapi bukan qualitas quantitas yang kita bicarakan di sini.
Pertanyaannya sekarang...

"Apa kalian pernah dikecewakan?" (jangan bohong dengan mengatakan 'tidak')


"Apa kalian senang dikecewakan?"

"Apa kalian ingin dikecewakan?"

well, di sini saya berasumsi bahwa semua jawaban dari pertanyaan di atas adalah "tidak". Yah...harusnya sih memang YA!  / TIDAK! Yang benar saja! Siapa sih yang suka hal seperti itu?

Kecewa memang hal yang lumrah. Semua orang mengalaminya sesekali, atau bahkan sering kali. Sebenarnya kecewa itu juga bukan hal yang begitu merusak. Hanya saja rasa sakit (dalam hati / perasaan) yang dialami seseorang sering kali hilang kendali. Tentu Anda pernah tahu bagaimana orang mengekspresikan kekecewaannya, bukan? Ada yang kecewa sampai membanting barang, ada yang mengurung diri di kamar, ada juga yang memilih untuk diam dan memendamnya. Kekecewaan yang baru saja saya bicarakan ini memang identik dengan Marah.

Bukankah marah itu sendiri sebenarnya bentuk pelampiasan dari rasa kecewa? Orang yang sedang marah pastilah merasa jengkel dan muak terhadap suatu hal yang dianggapnya kurang sesuai. Dengan kata lain pastilah orang itu juga merasa kecewa karena ada suatu hal yang begitu jauh dari harapannya.

Saya juga pernah merasa kecewa. Mari bermain jujur di sini karena tak ada artinya menutupi hal semacam ini. Toh, kalian pun tahu bahwa di dunia ini tidak ada orang yang tidak mencicipi rasa kecewa.

Kecewa dan kecewa. Ya, hal ini memang menyebalkan. Tapi... apa yang kalian lakukan dengan perasaan kecewa itu?

Melampiaskannya?

Berdiam dan Menutup Diri?

Menyalahkan orang?

Yang manapun itu, semuanya terdengar buruk sekali. Benar-benar buruk. Maaf jika tampak bertele-tele, tapi sebenarnya yang saya coba katakan di sini adalah... Kita butuh MOTIVASI. Sejumlah motivasi yang akan menggiring kita keluar dari perasaan kecewa. Saya tidak bilang menghindar, tapi keluar. Dimana itu berarti meredakan kekecewaan itu sendiri.

Bahkan saya pernah berpikir begini...

"Andai kata rasa kecewa tidak pernah menghampiri hati seseorang, bukankah mereka akan merasa bahagia?"

Namun, setelah saya pikir lagi, lagi, dan lagi... Saya sadar bahwa pemikiran saya yang barusan itu benar-benar SALAH BESAR.

Bayangkan saja jika hidup tanpa kekecewaan. Bukankah orang itu akan cenderung jadi orang perfeksionis? Bukankah dari kekecewaan bisa timbul rasa penyesalan? Penyesalan yang nantinya bisa membuat mereka sadar akan kesalahan mereka dan berupaya untuk tidak mengulangnya.

Rasa Kecewa terkadang memang dibutuhkan. Namun bukan berarti Anda harus kecewa terhadap segala hal. TIDAK! Itu salah. Yang saya maksudkan dari awal sampai poin ini adalah...
ketika kita kecewa,bukankah tak seharusnya kita melampiaskannya dalam bentuk amarah. Rasa kecewa mengajari kita salah satu makna kehidupan, yakni "tak ada yang sesempurna apa yang selalu kita harap-harapkan". 

Jadi, ketika Kalian menghadapi sebuah kekecewaan... coba pikir dua kali.
"Apa sebenarnya yang membuat Anda kecewa?"
"Kenapa Anda kecewa? Bukankah itu juga karena perbuatan Anda sendiri?"

Sekali lagi, kekecewaan adalah hal yang lumrah.
Daripada kalian berkutik dengan rasa kecewa yang saya rasa tak akan ada habis-habisnya bila harus dikaji lebih lanjut, lebih baik mulai sekarang tingkatkan rasa syukur kita atas seluruh karunia yang Tuhan berikan.
Wah, judul umum. Apa judul ini terlihat kuno bagi kalian? Sepertinya aku kurang setuju. Hehehe. Meski terkesan kuno, tapi yang namanya persahabatan itu tidak ada kata "kadaluwarsa". Maksudku... ayolah, apa kau yakin bisa menghapus kata itu dari hidupmu? Tidak. Aku pikir tidak.

Menurutmu apa itu persahabatan?

Hmm... sebenarnya aku tak memiliki definisi tertentu. Namun bagiku sahabat itu lebih seperti suatu ikatan yang melengkapimu. Terkadang, lewat persahabatan kau jadi lebih mengerti akan makna kehidupan. Kau tak perlu jadi sempurna untuk jadi sahabat yang baik. Cukup jadi dirimu apa adanya, itu yang terpenting. Begitu pula sebaliknya. Kau tak boleh meminta suatu kesempurnaan pada sebuah persahabatan. Sebab, pada kenyataannya sempurna yang benar-benar sempurna itu tidak ada. Tidak ada hal yang begitu sempurna. Sesuci apapun manusia itu... pasti dia pernah melakukan dosa, hanya saja mungkin ia tak mengetahuinya. Masih banyak sekali definisi persahabatan. Tapi tidak mungkin aku bisa mengatakan semuanya, kan?

Well, enough about definition! Aku percaya kalian punya definisi yang berbeda antara satu sama lain.

Baiklah... coba perhatikan gambar ini :

apa yang kalian pikirkan tentang gambar ini?
sebuah bintang? mungkinkah hanya itu? Aku bercanda. Pasti lebih dari itu.
Ada banyak hal yang bisa kita jabarkan. <Kurasa> hehe.

Saat ini aku hanya ingin membahas sisi  sudutnya! :)
Bintang memiliki 5 sudut. Itu jelas. Pernahkah kalian membayangkan bintang yang kehilangan satu sudutnya? Apa yang terjadi dengan bintang itu? Terlihat aneh? Tentu saja. Lebih dari itu, ia tidak akan jadi bintang lagi. Alhasil, satu persatu dari sudut mereka akan hilang, semuanya akan pergi. Yang tersisa hanyalah satu sudut yang aku sendiri akan mengatakan "itu sudut biasa".
Teman, ketahuilah... apa yang membuat bintang itu menarik? Apakah itu warna? ukuran? bentuk? Mungkin itu benar, tapi bukan itu yang kumaksud. Bintang bisa menjadi istimewa karena kelima sudutnya. Kelima sudut itu memang special. Bagaimana bisa? Itu karena masing-masing sudut melengkapi satu sama lain. Mereka tahu kalau satu sudut takkan membuahkan sesuatu yang berarti. Sesempurna apapun sudut itu, tak mungkin mereka bisa jadi istimewa tanpa sudut yang lain. Sebuah bintang meski tak berbentuk sempurna akan jauh lebih berharga dibanding satu sudut yang sempurna. 
Persis seperti persahabatan. Persahabatan tak membutuhkan kesempurnaan. Justru kekuranganlah yang mereka butuhkan, karena dengan itulah mereka bisa melengkapi satu sama lain. Kau tahu... kekurangan itu tak sepenuhnya buruk. Tanpa kekurangan, kau tak bisa mengenali kelebihanmu. Tak ada kelebihan tanpa kekurangan. Itulah konsepnya. Tak ada sesuatu yang benar-benar indah. Terkadang kau harus menderita untuk mengetahui seperti apa kebahagiaan itu. Terkadang kau harus kehilangan sesuatu untuk menyadari betapa berharganya benda itu. Kurang lebih seperti itu. 
Kau tak harus sempurna. Cukuplah jadi yang lebih baik, menuju tujuan yang lebih baik, harapan yang lebih tinggi, cita-cita yang perlu digapai bersama kawan-kawan yang dengan senang hati akan mendukungmu dari belakang, membimbingmu dari depan. berbahagialah ketika kalian memiliki teman-teman yang telah bersedia menorehkan berbagai kisah suka dan duka di dalam kehidupan yang tak mungkin bisa kita ulang.

Once again... Di dalam persahabatan, tak ada yang namanya pura-pura. Jadilah sahabat yang apa adanya. Okay?
actually I create 2 version of this. the first one is in Indonesian, and this one is in English. i don't have much time, so this version was translated by google. I'm sorry if it is confuse you

The People who open the Knowledge of the World

1.        Pythagoras (580-500 BC)
a.   History: born at Samos Island on the Aegean Ocean. He wander to find a new knowledge until Egypt and Babel. Then stayed at Crotona.
b.   Scientific Trace: schools   embrace   Mathematically.   In the   field of music,   he   found the   harmonic   [When   one   is pressed   to the   vibrating strings of   half   its original length,   then the result is   one   octave higher]. In the field of   astronomy,   Pythagoras   opinion   about   the morning strand  evening   star   is   the same object   is Recognized   truth.   The climax is   when   he developed   teorama   Pythagoras   [The square of   the hypotenuse of   a triangle   =   2   times the   square of the   other   side]
c.  End of Life: He had a conflict. he can't face it and it almost risk his life. so he fled to the Megapontum   [Where   he   Breathed his last breath]

2.        Hippocrates (460-375 BC)
a.  History: a psychiatrist WHO was born on Cos Island,   Greece.   It is believed   That   he   had   studied   in Egypt   and Became a   lecturer at  many places, Such as   Athens.   He   eventually   returned   and established a medical school   in   his village.
b.  Scientific Trace: write more than 100 monographs are very useful for many centuries. He put more rational ideas like the idea of the 20th century AD vow made ​​modern medical ethics and is recognized worldwide as the Father of Modern Medicine

3.        Aristotle (384-322 BC)
a.   Biography: born in StagiraMakegoniaGreece. Sent the father to the Academy of Plato and became a student of Plato when he was 17 years old.
b.   Science of traces: to be a philosopher and a teacher of Alexander the Great (the crown prince of Macedonia). Then founded a school called the Lyceum until the year 322 BC. First scientist to systematically classify the biological specimen.
c.   End of Life: escape to an island in the Aegean sea of people who are hostile to him and there he died.

4.        Archimedes (287-212 BC)
a.   Biography: born in SyracuseSicily. Digging Mesirdan pursue science in mathematics at the school founded by Euclid of Greece.
b.  Discovery: whorls screw pumps, levers and pulleys, mirrors burning enemy ship, a big slingshot (stone thrower). Discoverer of the law Hydrostatics
c.  Science of traces: the famous scientist and produced many discoveries over the years. He discovered the law inadvertently keterapungan then shoutedEureka
d.  End of life: a Roman soldier cut down by angry reproach.

5.        Nicolaus Copernicus (1473-1543)
a.  Biography: born in Poland Mikolaj Kopernik in the year 1473. initially studied the University of Krakow and then went to Italy and studied the various universities.
b.  Science of traces: helio centric believing the truth of a hypothesis and then observe and circulate written observations to other scientists, entitled De revolutionibus orbium coelestium. His theories revolutionized the concept of space.
c.  End of Life: he died on May 24, 1543

6.        Galileo Galilei (1564-1642)
a.  Biography: born in 1564 in PisaItaly. When he was 24 years old, he became professor of mathematics at Pisa. In 1592 became professor of mathematics at the University of Padua
b.  Science of traces: inventor of the pendulum principle and establish the Law of Inertia. He is also the first to use the telescope in astronomical observations.
c.  End of Life: sentenced to life imprisonment for conviction against the Catholic church and died at Arcetri in 1642

7.        Sir Isaac Newton (1642-1727)
a.  Biography: born in 1642 in the town of Woolsthorpe when Christmas Day. Earned a bachelor's degree at the age of 22 years. Do not have a wife until he died.
b.   Discovery: the law of gravity, laws of motion, calculus, reflective telescopes, and spectra
c.   Science of traces: in 1661, he enrolled at Trinity CollegeCambridge until disbanded in 1665 due to outbreaks of disease. In 1667, he returned to Cambridge and became professor of mathematics. Newton was the first scientist who was crowned as a hero by Queen Anne.
d.   End of life: died in London in 1727
8.        Benjamin Franklin (1706-1790)
a.   Biography: born January 17, 1706 in Boston as a child to 15 from 17. Her parents had a simple candle maker.
b.   Trace - trace Science of: disseminating the findings but not patented Franklin Stove. He set three static electricity law and published in 1751. Through an experiment, he managed to find an antidote for the building of electric power stroke.
c.   End of Life: a scientist as well as the statesman who died on 17 April 1790.

9.        Alessandro Volta (1746 - 1827)
a.   Biography: born in 1746 in Como. His family was noble but impoverished family because of bankruptcy. At first it seems like people with mental disabilities, but not so long ago he showed his intelligence and became a student achievement
b.   Science of traces: managed to become a professor while studying at the Royal School of Como. In 1775, he managed to find a tool that can store and generate static electricity that is named Electrophorus. He created the Voltaic Tues until later in the year 1800, he managed to find an electric battery.

10.     Thomas Alva Edison (1847-1931)
a.   Biography: born in 1847 in MilanOhio. He was a critical and always ask.
b.   Invention: a special telegraph, phonograph, motion pictures
c.   Science of traces: In 1868, he launched the vote counting machines Congress but was later rejected. 1876, he founded the first laboratory. October 21, 1879, he had the power to the people.

11.     Alexander Graham Bell (1847-1922)
a.   Biography: born in Edinburgh in 1847
b.   Science of traces: on March 10, 1876, Graham Bell discovered the telephone.

12.     Sigmund Freud (1856-1939)
a.   Biography: born in the town of Freiberg in 1856, but he grew up in Vienna.
b.  Science of traces: He developed the technique of psychoanalysis which he discovered in 1896.
c.   End of Life: bone cancer in his jaw and had surgery 30 times. When the Nazis occupied Austria, Freud to London and there he died

13.     Albert Einstein (1879-1955)
a.  Biography: born in 1879 in UlmGermany. Migrated and became an American citizen in 1940
b.  Discovery: the theory of special relativity, general relativity, the photoelectric effect
c.  Traces of Science of: entering high school in Zurich polytechnic State as 17 years. Passed in 1901, and was educated from the University
d.  End of Life: died in PrincetonNew Jersey in 1955